Saturday, December 11, 2010

Antenatal Care "ANC"

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Tujuan antenatal yaitu untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.
Bidan telah diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan mempunyai perilaku-perilaku profesional antara lain :
ü Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.
ü Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
ü Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir.
ü Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit, penularan dan strategis dan pengendalian infeksi.
ü Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan.
ü Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.
ü Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.
ü Menggunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi.
ü Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga.
ü Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

B. Tujuan
ü Tujuan Umum
Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca terutama tentang Asuhan Pada Antenatal Care
ü Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Pengertian Asuhan Pada Antenatal Care.
b. Untuk mengetahui Tujuan Asuhan Pada Antenatal Care.
c. Untuk mengetahui Cara Melakukan Asuhan Pada Antenatal Care.

C. Manfaat
ü Bagi petugas kesehatan
Bagi petugas kesehatan menjadi bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan bagi ibu hamil di trimester III
ü Bagi mahasiswa/penulis
Bagi penulis, praktek lapang ini merupakan pengalaman berharga untuk mempraktekkan apa yang sudah dipelajari secara teori dan juga menambah wawasan dan mengembangkan diri dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil trimester III.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari praktek asuhan kebidanan ini adalah Puskesmas Cilandak, yang bertempat pada ruang bersalin dan KIA yang dilaksanakan dari tanggal 15 November 2010 - 27 November 2010.



BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Antenatal Care
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care).
Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi 7T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan tengok/periksa ibu hamil dari ujung rambut ke ujung kaki, tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan.
Pemeriksaan ANC
Pemeriksaan ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologis baik secara fisik, sistem-sistem dalam tubuh maupun perubahan psikologis. Pada umumnya, kehamilan berkembang secara normal namun kadangkala tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah atau tidak dalam kehamilannya. Pemeriksaan ANC merupakan cara yang penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi dini komplikasi-komplikasi yang akan terjadi


B. Tujuan Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)
Tujuan dari ANC adalah sebagai berikut :
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan social ibu dan bayi.
Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakti secara umum, kebidanan dan pembedahan.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
Mempesiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.Menurut Depkes RI(1994) tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.

C. Jadwal Kunjungan ANC
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi. Kunjungan antenatal sebaiknya paling sedikit 4x selama kehamilan, yaitu :
· 1x kunjungan pada triwulan pertama ( sebelum 14 minggu)
· 1 x kunjungan pada triwulan kedua (antara 14-28 minggu)
· 2 x kunjungan pada triwulan ketiga ( antara 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36)
Kunjungan Trimester I ( sebelum minggu ke 14)
Informasi penting yang diberikan adalah :
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil
Mendeteksi masalah dan menanganinya
Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonaturum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan
Melalui persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, dan kebersihan, istirahat)

Kunjungan Trimester II ( Sebelum minggu ke 28)
Informasi penting yang diberikan adalah sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia. Oleh karena itu pemeriksaan tekanan darah, protein urin dan pemantauan terhadap oedem perlu dilakukan. Penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan juga perlu dijelaskan kepada pasien
.
Kunjungan Trimester III (Setelah 36 Minggu)
Informasi yang diberikan sama seperti diatas ditambah palpasi deteksi letak janin yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan penanganan khusus.

D. Konsep Pemeriksaan ANC
Konsep pemeriksaan ANC meliputi :
· Anamnesis
Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat pendidikan. Range usia reproduksi sehat dan aman antara 20-30 tahun. Pada kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada unsur penolakan psikologis yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi. Usia muda juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan preterm, abortus. Keluhan utama sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil, atau ada keluhan / masalah lain yang dirasakan.
Riwayat kehamilan sekarang/riwayat penyakit sekarang, ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan.
Jika ada amenorea, kapan hari pertama haid terakhir, siklus haid biasanya berapa hari. Hal ini penting untuk memperkirakan usia kehamilan menstrual dan memperkirakan saat persalinan menggunakan Rumus Naegele (h+7, b-3, x+1mg) untuk siklus 28 + x hari.
Ditanyakan apakah sudah pernah periksa kehamilan ini sebelumnya atau belum (jika sudah, berarti ini bukan kunjungan antenatal pertama, namun tetap penting untuk data dasar inisial pemeriksaan kita). Apakah ada keluhan/masalah dari sistem organ lain, baik yang berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan maupun tidak.

· Pemeriksaan Fisik
Status generalis / pemeriksaan umum
Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi. Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat badan.
Kepala: ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache nyeri frontal, hypertensive / tension headache nyeri suboksipital berdenyut). Mata: konjungtiva pucat / tidak, sklera ikterik / tidak. Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi. Paru / jantung / abdomen inspeksi palpasi perkusi auskultasi umum. Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya.

· Status obstetricus / pemeriksaan khusus obstetrik
Inspeksi: membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen
mungkin belum nyata).
Palpasi: tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan dengan palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus - pada kehamilan lebih besar, tinggi fundus dapat diukur dengan pita ukuran sentimeter, jarak antara fundus uteri dengan tepi atas simfisis os pubis).

Pemeriksaan palpasi Leopold dilakukan dengan sistematika :
Leopold I
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang di fundus dengan
kedua telapak tangan.
Leopold II
Kedua telapak tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kepala
pasien, mencari sisi bagian besar (biasanya punggung) janin, atau mungkin
bagian keras bulat (kepala) janin.
Leopold III
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak di bawah (diatas simfisis)
sementara tangan lainnya menahan fundus untuk fiksasi.
Leopold IV
Kedua tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kaki
pasien, untuk konfirmasi bagian terbawah janin dan menentukan apakah
bagian tersebut sudah masuk / melewati pintu atas panggul (biasanya
dinyatakan dengan satuan x/5)

Jika memungkinkan dalam palpasi diperkirakan juga taksiran berat janin (meskipun kemungkinan kesalahan juga masih cukup besar). Pada kehamilan aterm, perkiraan berat janin dapat menggunakan rumus cara Johnson-Tossec yaitu: tinggi fundus (cm) - (12/13/14)) x 155 gram.
Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang ditempelkan di daerah punggung janin, dihitung frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit. Sebenarnya pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit.
Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit. Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban/stress pada janin (fetal stress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban/stress pada janin (fetal distress/gawat janin).
Genitalia eksterna
Inspeksi luar: keadaan vulva/uretra, ada tidaknya tanda radang, luka/ perdarahan, discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa untuk inspeksi lebih jelas. Inspeksi dalam menggunakan spekulum (in speculo): Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa, alat spekulum Cusco (cocorbebek) dimasukkan ke vagina dengan bilah vertikal kemudian di dalam liang vagina diputar 90°c sehingga horisontal, lalu dibuka. Deskripsi keadaan porsio serviks (permukaan, warna), keadaan ostium, ada/tidaknya darah/cairan/ discharge di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina, ada/tidak tumor, tanda radang atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup horisontal, diputar vertikal dan dikeluarkan dari vagina.
Genitalia interna
Palpasi: colok vaginal (vaginal touché) dengan dua jari sebelah tangan dan BIMANUAL dengan tangan lain menekan fundus dari luar abdomen. Ditentukan konsistensi, tebal, arah dan ada/tidaknya pembukaan serviks. Diperiksa ada/tidak kelainan uterus dan adneksa yang dapat ditemukan.

C. Pemeriksaan Vagina
Pada pemeriksaan di atas 34-36 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri klinik untuk memperkirakan ada/ tidaknya disproporsi fetopelvik/sefalopelvik.Kontraindikasi relatif colok vaginal adalah :
1. Perdarahan per vaginam pada kehamilan trimester ketiga, karena kemungkinan adanya plasenta previa, dapat menjadi pencetus perdarahan yang lebih berat (hanya boleh dilakukan di meja operasi, dilakukan dengan cara perabaan fornices dengan sangat hati-hati).
2. Ketuban pecah dini - dapat menjadi predisposisi penjalaran infeksi (korioamnionitis).Pemeriksaan dalam (vaginal touche) seringkali tidak dilakukan pada kunjungan antenatal pertama, kecuali ada indikasi. Umumnya pemeriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk kepentingan obstetrik (persalinan) adalah pemeriksaan pada usia kehamilan di atas 34-36 minggu, untuk memperkirakan ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks uteri dan keadaan jalan lahir, serta pelvimetri klinik untuk penilaian kemungkinan persalinan normal pervaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu, elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir masih minimal, akan sulit dan sakit untuk eksplorasi.

D. PEMERIKSAAN LANJUTAN
Jadwal kunjungan Idealnya seperti di atas (sampai 28 minggu 1 kali setiap bulan, 29-36 minggu setiap 2 minggu sekali dan di atas 36 minggu setiap minggu sekali).Pada kunjungan pemeriksaan lanjutan, diperiksa :
1. Keluhan ibu, tekanan darah, berat badan, dan tinggi fundus uteri.
2. Terhadap janin diperiksa perkiraan besar / berat janin, presentasi dan letak
janin, denyut jantung janin, aktifitas janin, perkiraan volume cairan amnion
dan letak plasenta (jika memungkinkan dengan USG).
Laboratorium
Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus sampai mencapai normal. Jika sejak awal laboratorium rutin dalam batas normal, diulang kembali pada kehamilan 32-34 minggu. Periksa juga infeksi TORC (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis / HIV). Periksa gula darah pada kunjungan pertama, bila normal, periksa ulang pada kunjungan minggu ke 26-28, untuk deteksi dini diabetes mellitus gestasional. Lain-lain
Pelvimetri radiologik (akhir trimester 3),jika diperlukan untuk perhitungan jalan lahir. Pada trimester 3 akhir, pembentukan dan pematangan organ janin sudah hampir selesai, sehingga kemungkinan mutasi/karsinogen jauh lebih kecil dibandingkan pada trimester pertama/kedua. Tetap harus digunakan dosis radiasi sekecil-kecilnya.
Ultrasonografi (USG) tidak berbahaya karena menggunakan gelombang suara. Frekuensi yang digunakan dari 3.5, 5.0, 6.5 atau 7.5 MHz. Makin tinggi frekuensi, resolusi yang dihasilkan makin baik tetapi penetrasi tidak dapat dalam, karena itu harus disesuaikan dengan kebutuhan.

E. Nasehat Untuk Perawatan Umum / Sehari-Hari
Aktifitas fisik
Dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai sedang), istirahat minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki agak di-tinggikan. Jika tingkat aktifitas berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat harus cukup. Olahraga dapat ringan sampai sedang, dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi 140 kali per menit.
Jika ada gangguan/keluhan yang mencurigakan dapat membahayakan (misalnya, perdarahan pervaginam), aktifitas fisik harus dihentikan. Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan radiasi/ bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda.

Imunisasi
Terutama tetanus toksoid. Imunisasi lain sesuai indikasi.

Perilaku kesehatan
Mandi dan cara berpakaian Mandi cukup seperti biasa. Pemakaian sabun khusus/antiseptik vagina tidak dianjurkan karena justru dapat mengganggu flora normal vagina.
Selain itu aplikasi sabun vaginal dengan alat semprot dapat menyebabkan emboli udara atau emboli cairan yang dapat berbahaya. Berpakaian sebaiknya yang memungkinkan pergerakan, pernapasan dan perspirasi yang leluasa.
Perawatan mammae dan abdomen Jika terjadi papila retraksi, dibiasakan papillla ditarik manual dengan pelan. Striae / hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak perlu dikuatirkan berlebihan.

Aktivitas seksual
Sanggama/coitus Dapat seperti biasa, kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, harus dihentikan (abstinentia). Jika ada riwayat abortus sebelumnya, coitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16 minggu, di mana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan fungsi yang baik. Beberapa kepustakaan menganjurkan agar coitus mulai dihentikan pada 3-4 minggu terakhir menjelang perkiraan tanggal persalinan. Hindari trauma yang berlebihan pada daerah serviks/ uterus. Pada beberapa keadaan seperti kontraksi / tanda-tanda persalinan awal, keluar cairan pervaginam, keputihan, ketuban pecah, perdarahan pervaginam, abortus iminens atau abortus habitualis, kehamilan- kembar, penyakit menular seksual, sebaiknya coitus jangan dilakukan.

F. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney
Cara pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien dengan 7 langkah Varney adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Pengumpulan data dasar
Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan onsultasi.
Langkah 2 : Interpretasi data
Mengidentifikasikan secara benar diagnose, masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnose atau masalah yang spesifik. Adapun masalah-masalah yang sering muncul pada kehamilan misalnya mual, muntah, sakit kepala, dll. Dalam menentukan diagnose masalah tersebut harus dicantumkan.
Langkah 3 : Mengidentifikasikan diagnose atau masalah potensial
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose/ masalah potensial dapat terjadi abortus, persalinan premature, hambatan tumbuh kembang janin, mudah terjadi infeksi, ketuban pecah dini, dll.
Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.

Langkah 5 : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah 6 : Melaksanakan perecanaan
Rencana asuhan menyeliruh seperti yang telah diuraikan pada langkah 5, dilaksanakan secara efisien dan aman Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Langkah 7 : Evaluasi
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnose dan masalah.


BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


MANAJEMEN KEBIDANAN IBU HAMIL
No. Reg : 13109
Nama Pengkaji : Tim
Hari/ Tanggal : Selasa, 26 November 2010
Waktu pengkajian : 08.30 WIB
Tempat pengkajian : Ruang Bersalin Puskesmas Cilandak

1. PENGKAJIAN
Data Subjektif
A. Identitas
Nama Klien : Ny. R Nama Suami : Tn. T
Umur : 27 th Umur : 30 th
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Lebak Bulus Rt 02/04 no 25, Jakarta-Selatan

B. Keluhan Utama : Tidak ada keluhan
C. Riwayat penyakit Sekarang
G P A : G2P1A0
HPHT : 9 Maret 2010 TP : 16-12-2010
Siklus Haid : 28 hari, teratur
Pergerakan janin pertama kali : Usia kehamilan 16 mgg
Pergerakan janin yang dirasakan dalam 24 jam terakhir : 12 kali
Tanda-tanda penyulit : Tidak Ada
Obat yang dikonsumsi (termasuk jamu) : Tidak Ada
Imunisasi TT2 : 17/8/2010
Kekhawatiran khusus : Tidak ada
D. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
No
Tgl/th lahir anak
Usia kehamilan
Jenis Persalinan
Tempat Pertolongan
Penyulit
JK
BB/TB
Keadaan anak
Nifas
1

2
2005

Hamil ini

9 bulan
spontan
Bidan
Tidak ada
L
2700/45
Baik
Baik

Riwayat Kesehatan / Penyakit
Riwayat Kesehatan yang diderita sekarang/dulu : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keturunan : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
Riwayat Psikososial
Status pernikahan : Suami yang ke : Pertama
Istri yang ke : Pertama
Lama Pernikahan : 6 tahun
Respon ibu terhadap kehamilan : senang & diharapkan
Bentuk dukungan keluarga : Perhatian lebih
Adat istiadat yang berhubungan dengan kehamilan : Tidak ada
Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
Rencana Persalinan
Tempat : Puskesmas
Penolong persalinan : Bidan
Pendamping Persalinan : Suami, orang tua
Persiapan persalinan : biaya persalinan
Riwayat KB terakhir
Jenis Kontrasepsi : suntik 3 bulan
Lama penggunaan : 1 tahun
Aktivitas sehari-hari
· Nutrisi
Pola makan : 3 x sehari 1 porsi tiap kali makan
Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi,sayur, lauk. Buah dan susu
Jenis makanan yang disukai : sayuran
Perubahan posi makan : lebih banyak
Alergi terhadap makanan : Tidak ada
· Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1-2 x/ hari
Konsistensi : lunak
BAK
Frekuensi : 7-10 x/ hari
Warna : khas, kekuningan
· Pola istirahat dan tidur
Tidur malam : 6-7 jam
Tidur siang : 1-2 jam
Masalah : Tidak ada
· Kebiasaan hidup sehari-hari
Obat-obatan/ jamu : Tidak mengkonsumsi
Alergi Obat : Tidak ada
Merokok : Tidak pernah
Minuman beralkohol : Tidak pernah
NAPZA : Tidak pernah
· Aktivitas sehari-hari : ringan
· Hubungan seksual
Hubungan seks dalam kehamilan : 1-2 x seminggu
Keluhan : Tidak ada
· Personal Hygiene
Mandi : 3x sehari
Ganti pakaian dalam dan luar : 3x sehari
Irigasi vagina : tidak

Data Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : stabil
Tanda-tanda vital
· Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg
· Nadi : 80 x/ menit
· Pernapasan : 20 x/ menit
· Suhu : 36.5 0 C
Antropometri
Tinggi Badan : 157 cm
BB sebelum hamil : 50 kg
BB sekarang : 58 kg
IMT (Indeks Masa Tubuh) : 23,53
Pemeriksaan Fisik
· Kepala
Rambut : Bersih, hitam, tidak rontok
Muka : Cloasma : Tidak ada Oedema : Tidak ada
Mata : Konjugtiva : Tidak anemis
: Sklera : Tampak putih tidak ikterik
Hidung : Pengeluaran : Tiak ada
Polip : Tidak ada
Telinga : Kebersihan : bersih, tidak ada serumen
Mulut/Gigi : Stomatitis : Tidak ada
Gusi : Tidak ada pembengkakan/ berdarah
Caries : Tidak ada
· Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Vena jugularis : Tidak ada pembengkakan
· Dada
Retraksi dinding dada : Tidak ada kelainan
Bunyi Pernapasan : normal, tidak ada wheezing
Bunyi jantung : normal, tidak ada murmur
Irama : Teratur
Payudara : Bentuk : Simetris kiri dan kanan
Putting susu : menonjol ke luar
Areola : Hyperpigmentasi
Pengeluaran : Ada
Benjolan : Tidak ada
Tanda-tanda retraksi : Tidak ada
Kebersihan : sedikit kotor
Lain –lain : Tidak ada
· Perut
Bekas luka operasi : Tidak ada
Bentuk perut : Membesar sesuai usia kehamilan
Kontraksi : Belum ada
TFU (Mc Donald) : 33 cm
Palpasi :
Leopold I
Pada fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold II
Sebelah kanan perut ibu teraba keras memanjang seperti papan, dan sebelah kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil ekstremitas.
Leopold III
Bagian terendah teraba bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV
Kepala sudah masuk PAP (divergen)
Auskultasi : DJJ : Positif, 140 x/ menit
· Ekstremitas : Telapak tangan : Tidak ada oedem
Varices : Tidak ada
Refleks patella : Positif
Oedem : Tidak ada
· Pinggang (CVAT) : Tidak ada nyeri ketuk
Pemeriksaan Anogenital : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
· Darah
Hb : 11,2 gr %
Golongan darah : AB Rh +
· Urin
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
· USG : Tidak dilakukan

II. Interpretasi Data
G2P1A0 hamil 37 minggu 2 hari
Janin tunggal hidup intra uterin, Puka, Presentasi kepala
Dasar :
- Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua dan pernah melahirkan
sebelumnya.
- Ibu mengatakan Hpht tanggal 9 maret 2010-11-29
- Tp ibu tanggal : 16 desember 2010
- Djj : 140 x/menit

III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Untuk saat ini tidak ada masalah

IV. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera Atau Kolaborasi
Untuk saat ini tidak ada data penunjang

V. Rencana Asuhan Kebidanan
· Beritahukan ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik
· Beritahukan ibu tentang pola makan dengan gizi seimbang untuk perkembangan janin dan juga persiapan persalinan
· Beritahukan ibu tentang persiapan persalinan
· Beritahukan ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
· Beritahukan ibu mengenai personal hygine
· Beritahukan ibu tentang perawatan payudara untuk persiapan laktasi.
· Jelaskan dan berikan kepada ibu zat besi (Fe) 30 kapsul dan kalk
· Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 3 Desember 2010 atau bila ada keluhan.

VI. PELAKSANAAN
· Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik
· Memberitahukan ibu tentang pola makan dengan gizi seimbang untuk perkembangan janin dan juga persiapan persalinan
· Memberitahukan ibu tentang persiapan persalinan seperti tempat persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, alat transportasi, biaya persalinan, persiapan perlengkapan bayi (baju bayi, popok, bedong, kain panjang, sarung kaki dan tangan )
· Menberitahukan ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, oedem pada wajah dan tangan, nyeri ulu hati, mual dan muntah berlebihan, gerakan janin yang kurang, pegeluaran pervaginam dan perdarahan.
· Memberitahukan ibu mengenai personal hygine seperti mandi 3x/hari dan ganti pakaian dalam 3x sehari, cebok mulai dari depan ke belakang.
· Memberitahu ibu tentang perawatan payudaya untuk persiapan laktasi seperti membersihkan putting susu dan menariknya keluar agar putting susu lemas dan memudahkan bayi menghisap.
· Menjelaskan dan berikan kepada ibu zat besi (Fe) 30 kapsul dan kalk
ü Zat besi (Fe) 30 kapsul dihabiskan, untuk meningkatkan Hb (penambah darah) agar Hb dapat meningkat menjadi normal (> 11 gr %) diminum 1 x sehari 1 tablet dimalam hari dengan air putih.
ü Kalk 30 tablet dihabiskan, untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin, diminum 2x sehari 1 tablet dengan air putih.
· Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 3 Desember 2010 atau bila ada keluhan
VII. EVALUASI
· Ibu mengetahui keadaan ibu dan janin setelah pemeriksaan saat ini
· Ibu mengerti dan mau mengkonsumsi makanan bergizi seperti yang dijelaskan oleh bidan
· Ibu mengetahui tentang persiapan persalinan
· Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan dan akan segera dating apabila sewaktu-waku ada keluhan seperti diatas
· Ibu mengerti tentang pentingnya personal hygiene dan mau melaksanakan sesuai anjuran bidan
· Ibu mengerti tentang pentingnya perawatan payudara dan bersedia melakukannya sesuai anjuran bidan.
· Ibu mengerti tujuan diberikannya vitamin-vitamin yang dijelaskan diatas dan bersedia untuk eminumnya sesuai anjuran
· Ibu bersedia dating 1 minggu kemudian untuk memeriksakan kehamilannya pada tanggal 3 Desember 2010 atau akan datang sewaktu-waktu ada keluhan.


BAB IV
PEMBAHASAN

Ny R, termasuk ibu hamil yang rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan. Usia kehamilannya sekarang sudah memasuki trimester 3, sehingga total kunjungannya sebanyak 8 kali kunjungan. Hal ini sudah memenuhi standard kunjungan antenatal minimum yaitu sebanyak 4 kali.
Pada pemeriksaan fisik, kenaikan berat badan pasien adalah 8 kg. hal ini berarti kenaikan berat badannya masih dalam batas normal. Ibu juga mengatakan bahwa ia banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dimana hal ini baik sekali untuk kebutuhan vitamin dan mineral yang dibutuhkan selama kehamilan dan juga mencegah kenaikan berat badan di atas batas normal.
Pada pemeriksaan palpasi Leopold, posisi janin normal dengan tinggi fundus uteri 33 cm. Berdasarkan taksiran midline oleh Mc.Donald usia kehamilan 37 minggu 2 hari tinggi fundus uterinya sekitar 33 cm. Hal ini menunjukkan bahwa TFU ibu sedikit dibawah TFU normalnya. Taksiran berat badan janin berdasarkan TFU adalah 2635 gram. Berdasarkan teori Berat badan janin ini masih pada akhir bulan ke delapan sekitar 2500 gr. Artinya perkiraan berat badan janin normal. Posisi kepala janin juga sudah masuk ke pintu atas panggul. Hal ini sesuai dengan teori bahwa mulai usia kehamilan 37 minggu kepala janin mulai masuk pintu atas panggul.
Pada pemeriksaan auskultasi abdomen denyut jantung janin terdengar teratur dengan frekuensi 140 x/ menit. Denyut jantung normal janin adalah 120-160 x/menit. Berdasarkan angka ini denyut jantung bayi Ny.R dalam suatu batas normal.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa Hb Ny R adalah 11,2 gr%. Hal ini menandakan bahwa pasien tidak mengalami anemia karena pasien selalu mengkonsumsi tablet Fe sesuai anjuran bidan. Sesuai dengan teori bahwa pada trimester III diharapkan Hb ibu > 11 gr % karena sudah mengkonsumsi tablet Fe mulai trimester II.
Dalam teori pemeriksaan ANC, pemeriksaan dilakukan dari kepala sampai ujung kaki (head to toe) secara detail, namun pada pelaksanaannya dilapang, pemeriksaan yang dilakukan hanya hal-hal terpenting saja seperti menimbang berat badan ibu, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan konjungtiva mata untuk mengetahui apakah pucat atau tidak, pemeriksaan abdomen dengan palpasi Leopold (khususnya Leopold I-III), pemeriksaan oedem pada kaki dan reflex patella.


BAB V
KESIMPULAN

Setelah penulis memberikan manajemen asuhan kebidanan pada pada Ny.R dapat disimpulkan bahwa :
Penulis telah melakukan anamnesa dan pengkajian data pada Ny.R dan membuat diagnose kehamilan
Penulis tidak menemukan masalah potensial dan diagnose potensi lain
Penulis tidak melakukan tindakan segera dan kolaborasi karena tidak ditemukan masalah potensial pada Ny.R saat kehamilan
Penulis telah melakukan rencana asuhan kebidanan pada Ny.R yang disusun secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhannya
Penulis menemukan banyaknya persamaan antara teori dan fakta kehamilan yang terjadi pada Ny.R, namun secara praktek pemeriksaan ANC penulis menemukan adanya sedikit perbedaan dengan teori yang didapat.


DAFTAR PUSTAKA

Ida Bagus Gde Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran
Mochtar, R, 1998, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologis,Jakarta
Kontjoro, T.,2005. Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
Sebagai Strategi Dalam Peningkatan Mutu Klinis, Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan Vol.08/No3.
http://ayurai.wordpress.com/2009/04/04/askeb-ancpemeriksaan kehamilan/
http://www.lenterabiru.com/2010/01/antenatal-care.htm

Asuhan Kebidanan pada kala III

ASUHAN KEBIDANAN PADA KALA III PERSALINAN

Kala III (batasan)
Persalinan kala III (tiga) dimulai setelah bayi lahir sampai plasenta lahir. Normalnya pelepasan plasenta berkisar ± 15-30 menit setelah bayi lahir.
FISIOLOGI KALA III


Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Selaput ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin.
Pada kala III, otot uterus (miometrium)berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.

Cara pelepasan plasenta ada 2 :
1. Metode Ekspulsi Schultze
- Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta. Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya perdarahan pervaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi pada plasenta yang melekat di fundus. (buku askeb masa persalinan, 2010)
- Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan terjadi hematoma retroplasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma diatasnya sekarang jatuh kebawah dan menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang tampak pada vulva adalah permukaan foetal sedangkan hematoma sekarang berada dalam kantong yang berputar balik. Pada pelepasan secara schultze tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir atau sekurang-kurangnya terlepas seluruhnya. Baru seluruh plasenta lahir darah sekonyong-konyong mengalir. Pelepasan secara schultze paling sering kita jumpai. (buku askeb pada masa bersalin)
2. Metode Ekspulsi Matthew Duncan
- Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik.Lebih besar kemungkinan pada implantasi lateral. Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal akan lahir spontan dalam waktu lebih kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap. (buku askeb masa persalinan, 2010)
- Pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah mengalir antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta lepas dan terus berlangsung sampai plasenta lepas secara keseluruhan. Pelepasan secara ducan sering terjadi pada plasenta letak rendah. (buku askeb pada masa bersalin)

Tanda-Tanda Klinis Pelepasan Plasenta
· Semburan darah
Semburan darah ini disebabkan karena penyumbat retroplasenter pecah saat plasenta lepas. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
· Pemanjangan tali pusat
Hal ini disebabkan karena plasenta turun ke segmen uterus yang lebih bawah atau rongga vagina.
· Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus
Perubahan bentuk ini disebabkan oleh kontraksi uterus.
Terjadi, setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
· Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus naik di dalam abdomen.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sesaat setelah plasenta lepas TFU akan naik, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen uterus yang lebih bawah.
Tehnik Pengecekan Pelepasan Plasenta
Selain mengamati tanda-tanda klinis diatas, bidan dapat juga melakukan perasat untuk mengecek pelepasan plasenta.
Tiga prasat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
· Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
· Prasat Strassman
Perasat ini dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan tangan kiri dan tangan kanan meregangkan tali pusat sambil merasakan apakah ada getaran yang ditimbulkan dari gerakan tangan kiri, jika terasa ada getaran berarti plasenta sudah lepas.
· Prasat Klien
Untuk melakukan perasat ini, minta pasien untuk meneran, jika tali pusat tampak turun atau bertambah panjang berarti plasenta telah lepas, begitu juga sebaliknya.
· Prasat Manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan kanan memegang dan mengencangkan tali pusat. Kedua tangan ditarik berlawan, dapat terjadi
- Tarikan terasa berat dan tali pusat tidak memanjang, berarti plasenta belum lepas.
- Tarikan terasa ringan dan tali pusat memanjang berarti plasenta belum lepas.
· Prasat Crede
- Empat Jari-jari pada dinding rahim belakang, ibu jari fundus depan tengah.
- Lalu pijat rahim dan sedikit dorong ke bawah, tapi jangan terlalu kuat, seperti memeras jeruk.
- Lakukan sewaktu ada His
- Jangan tarik tali pusat, karena bisa terjadi inversion uteri.

Pengeluaran Plasenta
Plasenta yang sudah terlepas oleh kontraksi rahim akan didorong ke segmen bawah rahim, ke dalam bagian atas vagina. Dari tempat ini plasenta didorong keluar oleh tenaga mengejan, 20 % secara spontan dan selebihnya memerlukan pertolongan. Plasenta dikeluarkan dengann melakukan tindak manual, bila :
· Pendarahan lebih dari 400 sampai 500 cc.
· Terjadi retensio plasenta.
· Bersamaan dengan tindakan yang disertai narkosa.
· Dari anamnesa terdapat plasenta suksenturiata.


Pemeriksaan plasenta dan selaputnya
Setelah plasenta lahir bersama selaputnya, selanjutnya dilakukan pemeriksaan yang cermat terhadap :
- Kotiledon, yang berjumlah 20 buah.
- Permukaan plasenta janin.
- Kemungkinan terdapat plasenta suksenturiata.
Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta dapat menyebakan :
- Pendarahan purpenium yang berkepanjangan.
- Bahaya infeksi.
- Terjadi polip plasenta.
- Degenerasi ganas menjadi kariokarsiona.

MANAGEMEN AKTIF KALA III
Definisi
Managemen aktif kala III adalah penatalaksaan secara aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta, untuk membantu menghindarkan terjadi pendarahan pascapersalinan.
Tujuan management aktif kala III
1. Mengurangi kejadian perdarahan pasca melahirkan
2. Mengurangi lamanya kala III
3. Mengurangi penggunaan transfusi darah
4. Mengurangi penggunaan terapi oksitosin

Keuntungan-keuntungan managemen aktif kala III
- Memperpendek waktu persalinan kala III.
- Mengurangi kejadian pendarahan pasca persalinan.
- Mencegah terjadinya atoina uteri dan retensio plasenta

Komponen Managemen Aktif Kala III
1. Pemberian Oksitosin IM segera setelah bayi lahir (maksimal 2 menit).
2. Tali pusat dilepas
3. Plasenta dilahirkan melalui peregangan tali pusat terkendali dengan menahan fundus uterus secara dorsokranial (arah ke atas dan ke belakang)
4. Begitu plasenta dilahirkan, lakukan masase pada fundus uterus secara sirkular agar uterus tetap berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong ke luar setiap gumpalan darah yang ada dalam uterus.

Tindakan Managemen Aktif Kala III
1. Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
Alasan : Penjepitan tali pusat sedini mungkin akan mempercepat proses perubahan
sirkulasi darah pada bayi baru lahir

2. Motivasi keluarga untuk menempatkan bayi pada payudara pasien sementara bidan melakukan magemen aktif kala III
Alasan : Hisapan bayi pada payudara akan merangsang pelepasan oksitosin secara
alamiah

3. Palpasi abdomen memastikan apakah masih ada janin kedua
Alasan : Jika ini tidak dipastikan dan bidan sudah memberikan injeksi oksitosin, maka
keadaan janin kedua akan tidak baik karena oksitosin akan menyebabkan
kontraksi uterus dan akan memutuskan suplai oksigen ke janin
4. Jelaskan kepada pasien mengenai pemberian injeksi yang akan diberikan
Alasan : Hal ini merupakan bagian asuhan kasih sayang ibu, yaitu dengan
memberikan penjelasan setiap akan melakukan prosedur kepada pasien
5. Suntikan oksitoksin 10 unit di sisi lateral 1/3 atas paha pasien secara IM segera setelah bayi lahir dan tidak boleh diberikan lebih dari 2 menit.
Alasan : Paha akan lebih mudah untuk dilihat dibanding bokong ketika pasien sedang
telentang, serta kecil kemungkinan untuk terjadinya trauma. Pemberian
oksitosin segera bertujuan mempercepat kontraksi dan terlepasnya plasenta
sehingga dapat mengurangi perdarahan yang keluar.
6. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dengan cara :
o Satu tangan diletakkan pada korpus uterus tepat diatas simfisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uterus dengan gerakan dorso kranial ke arah belakang dan arah kepala pasien.
o Tangan yang satu memegang tali pusat dekat dengan vagina kurang lebih 5cm dari vagina, dan melakukan tarikan tali pusat dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus selama kontraksi.
o Jika tetap tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta selama 15 menit, maka ulangi pemberian oksitosin sekali lagi.
o Jika setelah dua dosis oksitosin tidak ada tanda pelepasan plasenta, rujuk pasien untuk dilakukan manual plasenta.
Alasan : PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus akan
merasakan kontraksi. Bidan meminta kepada pasien untuk memberi tahu jika
ia merasakan kontraksi. Ketika uterus tidak sedang berkontraksi, tangan
bidan tetap berada pada posisi ini tapi tidak melakukan PTT.

7. Bantulah pasien atau minta bantuan kepada keluarga untuk memposisikan pasien pada posisi tegak atau setengah duduk atau berjongkok untuk melahirkan plasenta.
8. Letakkan satu tangan pada abdomen pasien diatas simfisis pubisnya untuk menopang bagian bawah dari uterus, sementara tangan lainnya dengan lembut memegang klem tali pusat.
9. Segera setelah plasenta lepas, uterus mulai berkontraksi maka doronglah ibu untuk meneran, sementara bidan membantu dengan malakukan PTT. Jikaa uterus tidak berkontraksi, mintalah pendamping untuk melakukan stimulasi puting susu.
10. Membantu melahirkan plasenta dengan menarik plasenta dengan lembut bergerak
sepanjang kurva (lengkung) alamiah dari panggul, dengan sedikit arah posterior
kemudian menuju arah anterior pasien (sesuai sumbu karus).
11. Ketika plasenta muncul keluar dari vulva, pegang plasenta dengan kedua tangan
sambil menuntunnya keluar dari vagina dengan gerakan memutar keluar searah jarum
jam secara perlahan-lahan. Jika merobek sebelum plasenta keluar seluruhnya, maka
lilitkanlah kassa steril di sekeliling jari telunjuk dan genggam tampuk membran
melintasi serviks untuk melepasnya dari mulut serviks.
12. Segera setelah plasenta dan membran lahir, dengan penahanan yang kokoh
lakukanlah masase fundus uterus dengan gerakan melingkar hingga fundus menjadi
kencang (keras).
13. Sementara tangan kiri melakukan masase uterus, periksalah plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan kotiledon dan membran sudah lengkap

PEMERIKSAAN PADA KALA III
· Plasenta
Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa jumlah kotiledonnya (rata-rata 20 kotiledon). Periksa dengan seksama pada bagian pinggir plasenta apakah kemungkinan masih ada hubungan dengan plasenta lain (plasenta suksenturiata.
Amati apakah ada bagian tertentu yang seperti tertinggal atau tidak utuh, jika kemungkinan itu ada maka segera lakukan eksplorasi untuk membersihkan sisa plasenta.
· Selaput Ketuban
Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk memastikan tidak ada bagian yang tertinggal di dalam uterus. Caranya dengan meletakkan plasenta di atas bagian yang datar dan pertemukan setiap tepi selaput ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari tepi selaput ketuban.
Jika ditemukan kemungkinan ada bagian yang robek, maka segera lakukan eksplorasi uterus untuk mengeluarkan sisa selaput ketuban karena sisa selaput ketuban atau bagian plasenta yang tertinggal di dalam uterus akan menyebabkan perdarahan dan infeksi.
· Tali Pusat
Setelah plasenta lahir, periksa mengenai data yang berhubungan dengan tali pusat.
- Panjang tali pusat
- Bentuk tali pusat (besar,kecil, atau terpilin-piliin)
- Insersio tali pusat
- Jumlah vena dan arteri pada tali pusat
- Adakah lilitan tali pusat

PEMAMTAUAN KALA III
· Kontraksi
Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan manejemen aktif kala III (ketika PTT), sampai dengan sesaat setelah plasenta lahir. Pemantauan kontraksi dilanjutkan selama satu jam berikutnya dalam kala 1V.
· Robekan Jalan Lahir dan Perineum
Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan pengkajian terhadap robekan jalan lahir dan perineum. Pengkajian ini dilakukan seawal mungkin sehingga bidan segera menentukan derajat robekan dan teknik jahitan yang tepat yang akan digunakan sesuai kondisi pasien. Bidan memastikan apakah jumlah darah yang keluar adalah akibat robekan jalan lahir atau karena pelepasan plasenta.
· Hygiene
Menjaga kebersihan tubuh pasien terutama di daerah genitalia sangat penting dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi terhadap luka robekan jalan lahir dan kemungkinan infeksi intrauterus. Pada kala III ini kondisi pasien sangat kotor akibat pengeluaran air ketuban, darah, atau feses saat proses kelahiran janin.
Selama plasenta lahir lengkap dan dipastikan tidak ada prndarahan, segera keringkan bagian bawah pasien dari air ketuban dan darah. Pasang pengalas bokong yang sekaligus berfungsi sebagai penampung darah (under pad). Jika memang dipertimbangkan perlu untuk menampung darah yang keluar untuk kepentingan perhitungan volume darah, maka pasang bengkok dibawah bokong pasien.

KEBUTUHAN IBU PADA KALA III
1. Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping
2. Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui
3. Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa yang akan dilakukan
4. Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran dan posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.
5. Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh darah dan air ketuban
6. Hidrasi

PENDOKUMENTASIAN PADA KALA III MENURUT VARNEY
· Pengkajian
1. Data Subjektif
- Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir
- Pasien mengatakan bahwa ia merasa mulas dan ingin meneran
- Pasien mengatakan bahwa plasenta belum lahir
2. Data Objektif
- Jam bayi lahir spontan
- Perdarahan pervaginam
- TFU
- Kontraksi uterus : intensitasnya (kuat, sedang, lemah atau tidak ada) selama 15 menit pertama
· Interpretasi Data
Pastikan bahwa saat ini pasien berada pada kala III beserta kondisi normalnya dan mengkaji adanya diagnosis masalah atau tidak.
Contoh rumusan diagnosis.
Seorang P1A0 dalam pemeriksaan kala III normal.
Masalah : pasien tidak memberikan respon ketika diajak bekerja sama untuk meneran.
· Diagnosis Potensial
Pada langkah ini bidan memprediksi apakah kondisi pasien sebelumnya mempunyai potensi untuk meningkat ke arah kondisi yang semakin buruk.
· Antisipasi Tindakan Segera
Dilakukan jika ditemukan diagnosis potensial.
· Perencanaan
- Berikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya dalam melahirkan janinya.
- Lakukan managemen aktif kala III.
- Pantau kontraksi uterus.
- Beri dukungan mental pada pasien.
- Berikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan pendampingan agar proses pelahiran plasenta lancar.
- Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah (perineum).

· Pelaksanaan
Merealisasikan perencaan sambil melakukan evaluasi secara terus-menerus.
· Evaluasi
Menggambarkan hasil pengamatan terhadap keefektifan asuhan yang diberikan. Data yang tertulis pada tahap ini merupakan data fokus untuk kala berikutnya yang mencakup data subjektif dan objektif.

By :
Free Blog Templates